Artikel Kesenian Reog Cemandi


Kesenian Reog Cemandi

       SMPN 1 SEDATI mempunyai sebuah akun youtube yang bernama “@SMP Negeri 1 Sedati Official”. Pada sekitar 2 bulan yang lalu, akun youtube tersebut memposting sebuah vidio yang dipersembahkan oleh para siswa-siswi SMPN 1 SEDATI. Vidio tersebut berisikan penjelasan tentang sebuah kesenian tradisional yang berasal dari desa Cemandi yaitu reog Cemandi. Dalam vidio tersebut menjelaskan tentang sejarah hingga hal yang dibutuhkan untuk menampilkan sebuah kesenian reog Cemandi. Secara jelasnya dapat dibaca melalui artikel di bawah ini.

       Reog Cemandi merupakan sebuah kesenian tradisional yang berasal dari desa Cemandi, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Reog cemandi adalah tari tradisional yang hingga saat ini masih ada, namun sedikit masyarakat yang mengetahuinya. Reog Cemandi ini ada pada tahun 1992. Awalnya, reog Cemandi digunakan sebagai pengusir penjajah tanpa senjata, namun pada saat ini, reog Cemandi hanya dipentaskan sebagai hiburan atau sebagai pengusir tolak bala. Reog cemandi ini kerap ditampilkan pada saat acara tertentu seperti, acara 1 Muharram, khitanan, bersih desa, hari jadi kabupaten Sidoarjo, dll.

       Pencipta reog Cemandi sendiri adalah Dul Katimin. Dul Katimin, merupakan mantan santri di pesantren Tegalsari, Ponorogo, yang mempunyai pondok di kawasan Sidosermo, Surabaya. Reog Cemandi ciptaannya ini, menceritakan tentang dua remaja yang berasal dari pondok pesantren di desa Cemandi, yang diutus oleh kyainya untuk berperang melawan Belanda dengan bersenjatakan kayu rotan. Karena pada masa itu Belanda mewajibkan warga desa Cemandi untuk membayar pajak setelah panen, sehingga membuat masyarakat resah dan ingin mengusir penjajah tersebut. Berkat kehadiran reog cemandi inilah, para penjajah yang awalnya selalu datang untuk menagih pajak di desa Cemandi, kini penjajah tersebut sudah tidak pernah kembali lagi ke desa Cemandi.

       Dalam kesenian reog Cemandi. Terdapat 6 pemain gendang, 2 pemain angklung, dan 2 pemakai topeng. Kendang yang digunakan pada kesenian reog Cemandi terbuat dari 6 potong batang pohon nangka yang dilapisi oleh kulit hewan pada satu salah satu sisinya. 2 topeng yang digunakan dalam kesenian reog Cemandi, bernama topeng barongan lanang dan topeng barongan wadon. Pembuatan topeng itu sendiri, memerlukan satu batang pohon yang dibelah menjadi dua untuk dijadikan sebuah topeng.

       Dalam kesenian reog Cemandi, barongan lanang juga membawa properti yang berbentuk seperti pisau. Sedangkan barongan wadon membawa properti berupa selendang. Baju yang dikenakan barongan lanang yakni, pakaian serba hitam dengan kaus lerek atau kaus polos berwarna merah. Baju yang dikenakan wadon sendiri adalah kebaya berwarna merah. Bagi para pemukul kendang menggunakan pakaian berwarna hitam, yang dilengkapi dengan udeng serta selendang berwarna kuning dan hijau yang melambangkan kota Sidoarjo.

       Dalam kesenian reog Cemandi tidak membutuhkan sebuah roh untuk memulai pertunjukan. Tetapi para pemain tetap harus menyiapkan sesajen. Sesajen tersebut terdiri dari pisang raja, 2 cengkeh, 2 kelapa, tembakau, daun sirih, telur ayam kampung, beras 2 kilo, buah Jambe, kapur, uang seribu koin, dan kembang setaman. Sesajen itu bertujuan, yang pertama untuk menghindari kehadiran roh. Kedua menghindari terjadinya kerasukan.

       Reog Cemandi merupakan sebuah kesenian yang cukup bersejarah. Pada saat ini reog cemandi telah memasuki generasi ke-6. Sudah sepatutnya kita sebagai generasi muda juga harus mau melestarikannya. Hal ini bertujuan agar reog Cemandi tidak punah, melainkan semakin berkembang. Kita sebagai generasi muda dapat melestarikannya, dengan cara memanfaatkan teknologi yang ada seperti, menyebarkan foto dan vidio kesenian reog Cemandi di media sosial, agar generasi muda yang lain juga dapat mengetahui, dan tertarik untuk mengikuti kesenian tersebut.
 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Positif Ekskul PMR (Palang Merah Remaja)

Kegiatan P5 SMPN 1 SEDATI

Review Positif selama berada di SMPN 1 SEDATI